DULU
dulu, saat gerimis masih mengamini doa-doaku
Ia menyihirku menjadi pujangga
yang selalu ingin bermain bunga
Dengan menatap matamu yang lindap
Menari-nari di ujung senyap
Menyekap jiwaku yang rantau di musim kemarau
Masihkah kesunyian itu akan mengekalkan rindu?
Sementara derap langkah seribu purnama
Telah melemparku pada kealphaan yang sempurna