Thursday 17 November 2011

NOVEL BERSIRI: Ater The Rain (5)

Gunung Semanggol

Kutatap layar monitorku yang menumpahkan berjuta informasi tentang Gunung Tahan.
Hmm... aku fikir agak sukar menarik manusia satu ini masuk ke dalam regu eksklusifku. Tapi ternyata, cuma perlukan sedikit kesabaran dan sedikit tuah.

Seorang idealis sepintar Zup Dompas, adalah tentangan paling menarik dalam petualangku selama ini.  Aku harus berhati hati terhadapnya... sangat berhati hati.  Otaknya setajam belati.  Tapi kelemahannya sama saja dengan berjuta lelaki lain di dunia ini.
Sex!

Aku sudah tertarik pada En Peter kerana minatnya pada wang dan kekuasaan.  Meski tidak pernah ditunjukkannya, tapi aku boleh menciumnya dengan jelas! Tentu saja.... aku juga, kesukaan aku pada wang dan kekuasaan seperti dia. Mudah saja melihat apa difikirannya. Seperti membaca diariku sendiri, jika aku punya.....

Sampai detik ini, En Peter  atau Gunung Tahan masih belum sedar dia berhadapan dengan siapa dan permainan berdarah apa yang tengah melibasnya.

Bukan Bard Guardiola yang menghamili Hurul Ain, adik kesayangannya itu.  Ah... sungguh suatu kebetulan yang sangat nikmat. Aku memang mensasarkan Bard Guardiola.  Aku bernafsu untuk membunuh keparat pengecut yang memalukan itu. Tapi aku ingin membunuhnya perlahan-perlahan. Ingin kunikmati setiap lolongan kesakitannya,  setiap jerit kesakitannya, setiap tangis kepedihannya! Rasanya lebih nikmat daripada menggomoli bibir gadis!

Gunung Tahan adalah mesin pembunuh yang kuciptakan untuk melakukan perlaksanaan hukuman itu!

Ayah En Peter tidak pernah curang apa lagi berzina... hahaha!  Aku yang mengirimkan gadis yang tengah hamil tua itu ke rumahnya untuk memberikan sedikit kejutan manis pada ibunya. 
Untuk apa?
Untuk memaksa Peter mengemis meminta dijadikan algojo bagi musuh-musuhku !

Sehari sebelumnya, aku sengaja mengirimkan gambar-gambar Hurul Ain bersama Bard Guardiola. Tidak sukar! 
Bard Guardiola adalah fotographer yang memakai nama samaran untuk menutupi identitinya yang buruk dan bersembunyi dari dijejaki aku. Sia sia saja... aku selalu dapat menghidunya. Hurul Ain pula diam-diam bekerja sebagai seorang model majalah sewaktu abangnya itu sibuk menuntut ilmu di luar negeri. Hubungan Bard Guardiola dan Hurul Ain hanya terbatas pada pekerjaan saja.  Tapi tidak susah untuk mengolahkannya. Dari awal aku sudah tahu, gambar-gambar  itu sangat berguna!

Hurul Ain dihamili oleh kekasih penganggurnya! Perempuan murahan yang mudah digoda. Bekas rakan sekolahnya.  Kekasih yang selalu disembunyikannya dari pandangan keluarga.  Itulah sebabnya Peter tidak pernah tahu siapa ayah dari benih yang dikandung adiknya.  Maka mudah saja bagiku untuk memanipulasi gambar-gambar Bard Guardiola dan Hurul Ain yang tengah makan di sela pengambaran atau tengah menyiapkan setting pengambaran out door bagi keperluan pekerjaan mereka.

Peter ternyata sama bodohnya dengan Civetpopo Myc
Cukup dengan gambar-gambar dan membayar seorang gadis hamil untuk berbohong, dan yerp...! Peter pun melompat menyambar umpan di mata kailku !

Kebetulan sekali, Huru Ain  salah seorang yang pernah berada  berdekatan Bard Guardiola, target utamaku itu... maka yang kulakukan hanyalah menyimpan gambar-gambar mereka sambil menunggu nasib melempar dadu.

Calon Gunung Tahan ada beberapa orang...  Peter terpilih kerana nasib mengiringnya ke situ. hahahaha....  aku memang selalu beruntung. Peter adalah calon terbaik dari semuanya.

Sejak aku menyelidiki semua orang yang pernah berada dekat dengan Bard Guardiola. Aku sudah jatuh cinta pada karakter Peter. Kerana kami punyai kesamaan, sama-sama haus kekuasaan dan harta. Sayang sekali, aku harus bertemu Peter dalam kesempatan seperti ini. Andai aku bertemu Peter dalam keadaan normal lainnya, dia akan aku jadikan sahabat baik.

Tidak sukar meneka langkah apa yang akan diambil Peter setelah mendapatkan gambar-gambar adiknya bersama Bard Guardiola,  dan 'kecelakaan' ibunya. Tentu saja Peter akan memilih untuk berlari kepadaku daripada meminjam wang pada anak dari orang yang dikiranya musuh ketat itu. Kenapa aku tahu, Peter bakal memakan umpan yang dengan begitu hati-hati kupasang? Kerana semua informasi tentang Peter selama hidupnya terpampang jelas di depan mataku.  Bagiku, seseorang yang boleh meniduri kekasih sahabat baiknya di rumah sahabatnya itu sendiri, bererti dia suka akan tantangan yang merbahaya. 
Tak sukar, meneka langkah Peter selanjutnya.

Peter, adalah Gunung Tahanku.
Dan Peter akan menjadi algojoku.

Guardiola, bersiaplah untuk mati.  Ajalmu sudah dekat.  Malaikat maut telah menyerahkan tugasnya kepadaku untuk menentukan bila hari kematianmu tiba. Setelah kusayat-sayat hatimu dengan membunuh anak kandungmu terlebih dahulu. Hahahhahaaaa


Comic Comot
Aku sangat berkeinginan untuk mengetahuinya!  Apa sebenarnya yang disembunyikan En Peter dariku?  Mengapa dia terlalu melindungi penghuni bilik 385?  Sudah hampir 2 tahun dan En Peter masih belum mahu membuka mulut. Aku cuba menyogoknya. Well secara halus... tapi En Peter seperti mahu mengamuk, aku sampai terasa malu.

Tapi aku sangat ingin mengetahuinya!
Rasanya seperti kepala diselaputi kelemumur.  Sekali tahu rambut diseliputi kelemumur, makin ingin digaru, makin terasa gatal... makin terlihat bekas-bekasnya... luruh di bahu.

Tidak mungkin aku minta pendapat papa! Papa terlalu 'lurus' jadi orang . Nanti mesti aku diceramahinya tentang moral berjam-jam seperti waktu aku ditangkap bersama Hasma Maymeng.

Semalam aku menemui datukku PapaBurn Abm, datukku sebelah mama. Beliau adalah salah seorang yang terkenal juga di ibu kota ini.  Setelah berbual kosong selama sejam,  barulah aku menyenggol atuk PapaBurn Abm dengan pokok permasalahan.

"Tok, semasa berkuasa dulu...  bagaimana cara atok menghadapi orang yang tidak dapat disuap?" usulku dengan muka tersengih.

Dia tertawa, wajahnya makin dipenuhi keriput setiap kali dia tertawa.

"Memang ada ke orang yang tidak boleh disogok oleh atok?"

Huh ..!!

"Umm... misalnya... cuma contohnya aje tok..."  aku jadi gabra la pulak.

Atok menatapku dengan matanya yang berpengalaman.  "Kamu mahu jawapan jujur atau jawapan lawak aje, CC?"

Eh jawapannya ada dua versi rupanya?

"Jujurlah tok..." aku tertawa sopan

"Orang yang tidak boleh disuap adalah orang serakah. Suap saja lebih banyak lagi... sampai dia tidak boleh menolak!"

Wallaaa!!! aku menjentikkan jari dengan puas.

"Kalau dia tidak tertarik dengan apa yang kita tawarkan, bagaimana tu tok?"

"Senang..." Atok mengusap-ngusap kepalaku sambil ketawa terkekeh. Aku menghirup teh manis hangatku bersimpuh di sisi kaki kerusi beliau.

"Cari tau apa yang dia inginkan."

"Kalau dia tidak ingin apa-apa?" Kejarku tak puas.

"Cari orang lain buat disuap..  hahahaha!"

Yeeeyy… dia malah bergurau !!! 



Bandingkan dengan jawapan Abah Zup Dompas…. Datuk angkatku di sebelah papa sewaktu aku mengajukan pertanyaan yang sama pada beliau petang tadi.

Datukku yang satu ini memang mengada... dia minta dipanggil Abah dan marah jika dipanggil Atok saja kerana dirinya The Cool Guy –  masih bergaya -  ewah ewaahh…. tapi aku sangat sayang padanya. Dia tegas. Tidak hairan jika melihat dari sudut ketenteraan yang digeluti sejak masih muda dulu. Di antara adik beradikku, akulah yang paling rapat dengan kedua atokku itu. Mungkin kerana aku satu-satunya cucu perempuan, jadi lebih dimanjai. Hal itu membuat aku dapat berbincang tentang segala hal dengan mereka.  Kebetulan, Abah Zup Dompas tengah berkunjung ke Malaysia selama beberapa minggu.

"Abah ....."  Aku tersengeh manja dan menyambung....    "Bagaimana cara Abah tanggani jika perlu menghadapi orang yang tidak boleh disuap?"

Beliau terbahak... tawa yang penuh kekuasaan mutlak. Mukanya memerah tapi matanya lincah berkilau-kilau.  Kilau itu hanya keluar jika beliau menyukai apa yang didengarnya.

"Siapa yang mau kau sogok, sayang?"

Aku tertawa.

"Ermmm... misalnya...Cuma contohnya saja Abah....  lelaki...  kacak, muda, berdedikasi... punya sikap... kebetulan ada sesuatu penting yang sangat CC perlukan...tapi dia kedekut... dan yang teruknya, dia tidak mudah disuap !"  Aku mengeldipkan mataku sambil menjeling.

Abah Zup menatapku dengan mata bijaknya yang selalu waspada.

"Kamu mahu jawapan jujur atau jawaban main-main, CC?"

Eh, tidak kusangka sama saja kedua atokku ini ?  Padahal mereka belum pun berjumpa lagi hari ini. Rancangannya  esok mereka akan main golf bersama papa dan Civetpopo Myc.

"Jujur laa..." Aku mulai bersemangat.  Begitu parahkah negaraku ini? Dua orang tua yang pernah dihormati di masa mudanya hingga kini ini membuka mataku lebih lebar.

"Orang yang tidak boleh disuap adalah orang bijak... suap saja lebih banyak lagi, sampai dia tidak boleh menolak!"
My goodness !!! Rupanya sentuhannya seperti sama!!! 

"Kalau dia tidak tertarik dengan apa yang kita tawarkan bagaimana Abah... tidak tertarik pada ermm...  barang-barang bagus dan wang yang banyak?"

"Mudah saja..." Abah Zup membakar cerut Cubanya yang baunya menyumbat hidungku begitu senak sekali.

"Ancam."

"Kalau dia tidak takut?"  Ajuku tidak puas.

"Kawini dia !"

Yeeeyy dia juga bergurau.

Cess.

Tapi jawapan Abah Zupah yang terus menerus terngiang-ngiang dicuping telingaku.

Kawini dia!!!


* Apakah abang Peter mencintai aku? Cuma dia dan Tuhan yang tau.
* Apakah aku mencintai abang Peter? Ya!
* Sejak bila? Sejak malam ribut salji di apartment Civetpopo Myc dulu.
* Kenapa baru sekarang aku mengakuinya? kerana RUSIE !!! 

Dan kenangan tentang malam ribut salji itu bagai diputar ulang kembali didalam benakku... kenangan yang selalu kuulang-ulang di malam-malam sunyi.

Abang Peter menarikku ke bawah shower.
Tubuhku basah...rambutku basah.
Pakaianku dilepas satu persatu...
Dia menciumku penuh cinta... bukan nafsu.  -  Aku berani bersumpah.
Seluruh tubuhku...  inci demi inci... dikucupnya.
Masih terasa rambutnya yang basah di leherku…
Dia,  dengan kelembutan dan cintanya, membuatku terasa sangat tenang dan bahagia... tanpa sesal.
Sampai akhirnya...  dia berkata;

"Mari kita bernikah saja... Rusie ?!!" 


Namaku Comic Comot!!!

Panggil aku CC!!! 

Bukan Rusie.

.
.
.
.
Bukan Rusie.



Zup Dompas
"Abah...CC nak janggut dan misai!" 

Comic Comot memang selalu membuatku tertawa.

"Laa? kenapa? CCkan budak perempuan!"

"CC mau jadi lelaki!" 

Meski pun perempuan, cucuku ini memang tegas. Mewarisi sikap ayahnya – Ibnu Din Assingkiri - anak angkatku itu.

"Kenapa CC nak jadi lelaki?" Aku tertawa lagi

"Biar jadi seperti Abah dan papa!"

"Kenapa tidak mahu jadi seperti mama CC?"  aku mengusap-ngusap kepala mungil cucuku, umurnya baru 10 tahun, tapi dia sudah tahu seperti apa yang dia inginkan. Dia kanak-kanak yang bijak!

"Kenapa Abah selalu menjawab pertanyaan CC dengan pertanyaan ?"

Aku terus tergelak...  kecil-kecil sudah tahu mengkritik. Bagus... bagus sekali.....!!!

"CC belum menjawab pertanyaan terakhir Abah, sayang.”

"Abah juga!"

"Pertanyaan kamu pertanyaan simbolik... tidak perlu dijawab..."  Comic Comot lalu menjelir,  aku juga... itulah kebiasaan kami, saling menjelirkan lidah untuk menunjukkan kedekatan hati kami. Cucuku yang lain, mana berani dengan aku. Semua menikus!

Dengan Comic Comot berbeza. Aku tidak keberatan untuk terlihat poyo bersamanya, kerana poyo  apapun aku, dia tidak pernah jadi kurang ajar dengan aku. Aku tidak pernah kehilangan wibawaku di depannya. Dan aku tetap Abahnya yang hebat!

"Baiklah... Abah tidak mau jadi perempuan. Perempuan cuma tahu menangis! Seperti mama dan nenek Saving Myheart. CC nak seperti Abah...  gagah, ada misai tebal. Boleh menewas musuh di medan perang. Boleh pegang senjata..."

Itulah awalnya!

Sejak itu, Comic Comot tinggal denganku di Jerman. Aku mengajarinya banyak hal. Melempar pisau, mengajaknya memburu, beradu lama tahan nafas dalam air, sehingga kepada mengajarnya menembak .

Comic Comot budak yang cerdas. Dia cepat belajar, dan mudah mengajarinya. Dan dia tau apa yang disukainya. Kami menyembunyikan semua itu dari pengetahuan Ibnu Din Assingkiri. Anak angkatku itu cuma tau Comic Comot tinggal di sini menemaniku yang kurang sihat dan sudah tua dimakan usia...  dia kan cucu kesayanganku. Maka diizinkannya puteri satu-satunya itu bersekolah di Jerman bersama aku.

Setelah Comic Comot menguasai semua yang kuajarkan, aku pun berpendapat, sudah tiba waktunya untuk Comic Comot memilih senjatanya sendiri. Identitinya. Ciri-cirinya, keperibadiannya!

Maka pada suatu malam, aku ajak Comic Comot ke perpustakaan peribadi aku. Aku hitung buku ke 21 rak kedua dari atas... lalu kutarik setengah keluar. Perlahan, rak besar setinggi dinding itu bergerak, membuka celah kecil di sebelah kanan.  Comic Comot kelihatan takjub. Mulutnya menganga, matanya terbuka lebar penuh ghairah seperti seorang kesatria. Ekspresinya seperti ketika kami pergi memburu di pulau peribadi Ibnu Din Assingkiri

Di balik rak buku itu ada sebuah ruangan. Bilik peribadi aku. Aku menyalakan sebuah lampu minyak kecil yang berada di atas tiang setengah pinggang, bersamaan dengan menyalanya lampu minyak itu, maka seluruh lampu di ruang rahsiaku pun menyala dan rak menutup rapat kembali.

Di dalam, Comic Comot menganga lebih besar dan matanya terbeliak lebih lebar lagi.
Bilik peribadi aku berisikan koleksi senjata aku....  Comic Comot terus melihat asyik,  menikmati muzium senjata aku. Sewaktu aku menyuruh dia untuk memilih salah satu, Comic Comot lalu memilih Beretta 9mm. Sejak itu, Comic Comot tidak pernah berpisah dengannya. Mereka seperti menyatu.

Suatu hari, aku mengajak Comic Comot untuk berlawan. Beradu dengan senjata betul. Peluru betul. Tapi dilindungi baju kalis peluru. Kami pun berdiri membelakangi, lalu menghitung langkah. Pada jarak yang telah disepakati sebelumnya, kami berbalik...  lalu aku mulai menghitung.

Satu...
Dua...
Tiga... ! Dhuurrr

Cuma peluruku yang meletus... disusuli tumbangnya  Comic Comot ke tanah dengan darah di tubuhnya. Panik aku berlari ke arahnya. Gila Comic Comot...  rupanya dia membuang baju kalis pelurunya! Nasib baik peluru tidak menembusi tepat di jantungnya!  Comic Comot sempat sedikit mengelak dengan gerakan yang cepat, dan cuma bahunya saja yang cedera dibenam peluruku.

Aku sangat menyesali kejadian itu, namun juga mensyukurinya. Gara-gara perlawanan ala-ala koboi itu yang nyaris meragut nyawanya, darah aku jadi mengalir dalam tubuhnya.Berbicara soal darah, aku harus menelefon seseorang! Ada satu nyawa yang harus segera diselamatkan. Jika aku tidak bertindak sekarang, keluarga Ibnu Din Assingkiri akan mengadakan upacara pemakaman tidak lama lagi.


Muhammad Rois Ronaldi
Seni adalah hidupku.
Mengalir dalam darahku, mengeras dalam tulangku, dan menari pada lewat tarikan filbertku.

Dikatakan, jika seorang pelukis mengalami kesakitan dalam hidupnya. Raungannya akan terasa pada lukisan yang sedang dilakarnya. Gambar itu jadi bernyawa, bernafas, berdenyut-denyut, menjerit bersama laranya. Menangisi ketidakadilan hidup penciptanya.
Lukisannya akan menjadi sebuah masterpiece.
Pelukis yang berjaya adalah mereka yang mampu menuangkan semua perasaannya ke dalam bahasa ilustrasi.

Aku sudah selesai dengan ceria.
Aku sudah bosan dengan amarah.
Aku sudah habis menyerap ghairah.
Kini aku sedang mengerjakan pedih.

Di dalam ruang ini, berkumpul hasil karyaku. Minggu depan aku akan mengadakan pameran ulung. Kebetulan Abah Zup berkunjung ke Malaysia. Beliau seorang peminat seni yang berpengalaman.  Mata tuanya tajam, mulutnya pedas. Namun hatinya lembut.
Aku dapat merasakannya.

Kutatap pisau pemburu dua mata milik  Comic Comot yang berkilat-kilat menggoda di tanganku. Kutatap kanvas kosong di depanku. Lalu kutatap palette dengan cat berwarna-warni di atas meja. Hampir semua warna yang kuperlukan ada di situ... kecuali satu......

Warna merah !!!




                                                                    *****




Handphone En Peter  berdering dering. Dari nombor itu!!!

"Hello?"  Apalah agaknya yang dimahukan kali ini. Fikir En Peter was-was.

"Gunung Semanggol kepada Gunung Tahan....  Bereskan sasaran esok, dalam pameran lukisan adiknya di Hotel PBKS Emas. Satu jam sebelum pameran dibuka, kau akan menerima 'perlengkapannya'   jangan terlambat, dan lakukan secara senyap. Sasaran akan dalam keadaan 'tinggi' esok, untuk memudahkan kau..."

Sebelum En Peter sempat menolak, sambungan diputuskan !




Gunung Semanggol
Aku sudah mendapat berita bahawa malam ini, sasaran mendapat 'kiriman' hahaha...  aku sungguh beruntung. Entah dari mana dia mendapatkan barang haram tersebut.

Tapi Gunung Tahan harus hati-hati.  Zup Dompas sedang berada di Kuala Lumpur. Tugasnya menjadi bertambah berat, belum lagi Comic Comot, adik tiri sasaran! menghadapi Comic Comot saja Gunung Tahan bakal akan kegelisahan, apalagi ditambah datuk angkatnya, si tua bangka hebat itu!

Celaka Zup Dompas si tua itu... berkali-kali dia merosak rancangan aku. Pertama, dia yang menggagalkan misi bilik 385 dengan mengirimkan cucu sewelnya itu!
Kedua, dia berhasil menghentikan bakal menjadi gossip  tentang skandal  Rois dan model lukisan telanjangnya yang akan dimuat di  muka depan tabloid Harian Metro. 
Itu semua dilakukannya pada saat si tua bangka itu berada di Jerman!  Hebat...hebat... !   
Aku bangga mendapatkan musuh sehebat dia!... Kemenanganku esok akan sangat bererti sekali jadinya... Hahahahaaa

Si datuk tua...bersiaplah... kita lihat siapa di antara kita yang akan keluar sebagai pemenang.

Ibnu Din Assingkiri....  kau memang beruntung, anakmu dikelilingi orang-orang hebat. Tapi di sebaiknya itu nanti kau akan ucapkan salam terakhir pada putera kebanggaanmu itu...    


*ketawa kejam*




                                                                               *****




Comic Comot mendapat panggilan misteri lagi!
Dia disuruh membawa Beretta dan pisau-pisau lemparnya esok. Dia juga mesti mengawasi Rois dengan ketat.

Rois? Dia manusia paling baik dan ceria. Tidak mungkin rasanya ada orang yang membenci Rois. Hidupnya tidak liar.  Dia cuma mencurahkan diri untuk lukisan-lukisannya. Dia tidak tertarik pada kehidupan penuh hura-hara di luar sana. Dia spesis pertapa! 

Mengapa si penefon misteri itu menyuruh aku mengawasinya?  Sehingga memerlukan aku membawa senjata? Dari mana dia tahu aku memiliki senjata-senjata itu?

Comic Comot membersihkan Berettanya. Meneliti peluru-pelurunya, meyakinkan kalau benda itu takkan tersekat ketika nanti perlu digunakannya. Setelah selesai dengan Berettanya itu,  dia mulai mencari pisau pemburu dua matanya.  Dia rasa lebih selesa membawa pisau dua matanya daripada pisau-pisau  lempar. Kerana nanti dia akan memakai sack dress;  pisau lemparnya tentu akan merobek gaun keluaran the house of cartiernya.... tentu sekali tidak ingin dia rosakkannya.
Tapi sehingga hampir dia membongkar keseluruhan biliknya, Comic Comot tidak juga menemukan pisau kesayangannya itu...

Damn!!! 

Akhirnya, setelah fed up mencari, Comic Comot memutuskan untuk memakai pakaian feminin keluaran  Channel saja. Lebih sesuai... dapat menggantungi pisau lemparnya tanpa terlihat. Gaun Cartiernya terlalu ketat, menyulitkan pergerakannya kelak. Walaupun Comic Comot berharap tidak harus menggunakan kedua senjatanya. Tapi nalurinya berkata  sebaliknya.

Duh... ke mana perginya pisau itu?

Civitpopo Myc sedang fly up to the moon malam ini.
Kiriman untuknya telah tiba, hmm... barang bagus.  Sedikit serbuk syurga itu dapat membuat orang melayang tanpa sayap. Dapat membuatnya lebih pintar dari  Comic Comot dan lebih berseni daripada Rois... Huh, asal saja jangan lebih dungu dari si Loly Pop saja     *Popo terkekeh-kekeh tanpa sedar*

Waaahh... pesta malam ini benar-benar luar biasa.
Barang bagus.
Kaki-kaki panjang.
Dada-dada telanjang.
Sesuai dengan theme of the party    -   Garden Of Eden.
Direngkuhnya salah satu dada telanjang berdekatannya....  sini baby... come, come.. heheheee...  Si empunya dada pura-pura menolak, pura-pura menolaknya dengan enggan tubuh sasa Civetpopo Myc. 
Lalu mereka pun bercumbu dengan riang.

Samar-samar Popo melihat dirinya menghampiri...      kenapa pula aku jadi dua orang?... waah ...hebat... 'barang' ini dapat membuat aku melihat diriku...   *ketawa senang*    
Eh, tapi tunggu dulu, kenapa aku jadi setua itu? Gila...  Apakah jika aku berterusan 'make' boleh jadi cepat tua? Hey... aku tidak mahu tua ...  buruk!!

Civetpopo Myc merasakan tubuhnya digoncang-goncang. Samar-samar dirasakannya dada montok itu bergeser...  Lalu dia berhadapan dengan susuk tubuhnya di masa tua.

"Popo!!!  Oh Tuhan, apa yang telah kamu lakukan?"   

Eh aku tua berkata pada diriku sendiri? Hehehee... hebat... barang ini benar-benar hebat....

Lalu dia merasa kepalanya disiram air dingin...  Dan satu hentaman kuat telah menjatuhkan Popo ke lantai.
Terdengar jeritan-jeritan  samar, sebelum Popo tidak sedarkan diri.