Thursday 17 November 2011

SELENDANG HITAM

Gerbangan apa tiba-tiba melayang
berjuntaian cindai-cindai puisi terlarik awan
rindu pun berterbangan ke sarangan kasih
bergelora-lah mega, jika maya itu sukma,
kau jalarkan se-ungkai makna
aku yang masih di peniduran,
terbangun oleh mimpi kenangan!

Selendang Hitam pun berjalan
mencari pantai cahaya bulan pada menyeduh kerinduan
mengintai huruf-huruf kepiluan dogma khatulistiwa, pada tegak cinta
terbelah kesaktian ajian Ratu Roro Kidul pada laut temaram
Oh lambai-lah Tangkuban Perahu pada misteri di Borobudur
aku di mabuk cinta meneguk cairan anggur hitam
memecar alir darah menulis Hu Allah

Meranum lagi diksi puisinya yang manis
mencacah parut dalam, dzauk-ku menyembah zaman
harga apa yang perlu ku-bayar untuk cinta
kalau permata dari cengkerang kasihmu tertanda cahaya
menderap dansa lagikah kita di Konya?
mengitari ismu-ismuNya untuk penghadiahan Piala

O Darwis
racik-lah jemari janji palung ke hati
biar memercik darah hakiki pada kesejatian Diri
di sini cuma ada Engkau & Dia,
dalam tautan maknawi
mendekap satu-lah di Ruhi
pada alir Kautsar Dalam Diri.