Monday 30 January 2012

PERTEMUAN KATA KITA

setiap pertemuan selalu saja melahirkan wacana, sejumlah rencana yang kesemuanya bermuara pada bencana jiwa. masihkah kau ingin menemuiku membawa sebungkus kopi instan dan menyodorkan gelas kosong, meminta air mendidih dari dapur yang kau bakar pada musim hujan yang lalu? sedangkan puntungan rokok putih sudah berubah warna, berubah bentuk kepulannya hitam di atap rumah. sesak ...menyekat udara di sekitarku, sejumlah senyuman yang kau buang dalam asbak tak lagi terlihat wujudnya.

bilakah pada setumpuk catatan kebersamaan itu ada selembar saja ketulusan, pintu rumah ini tak berkunci, tanpa segelas kopi dan puntungan rokok akan terasa hangat dan menghangatkan, tapi sengat masih meninggalkan biru di selaput mataku . wajahmu abu-abu dan dan aku mulai kehilangan cara untuk mentafsirkan isyarat, dalam secarik kertas bertuliskan puisi itukah? :segala-galanya dipertaruhkan dalam rangkaian kata sedangkan kau dan aku tak pernah menyulam dengan benang yang sama.

Jika kau masih begitu mencintai pertemuan, telah kusiapkan sehampar tembikar di teras rumah, di atas tanah ini sesibak misteri akan terkuak. Sehingga diam-diam kau meneguk habis kopi panas, dan menelan puntungan rokok. kerongkonganmu melepuh, takkan ada lagi wacana, menjadi menjadi gagap dan senyap.

CILEGON-BANTEN
28-01-2012