Monday 5 December 2011

ketika tabir

ketika tabir yang tersangkut mengalami suatu dilema kata,...puing jiwa terasa tersangkut antara dendam dan takluk akan sebuah kata tak berbahasa,...
merahnya jiwa seakan mengarahkan asaku yang terasa jemu akan sebuah arti saudara,..
entah apa yang harus aku laku ketika tajamnya jiwa terasa tersambar beribu amarah yang berpadu pada suatu kata kecewa,..
sedih,...
letih,...
jemu,..
meradang tiap ulu jiwa,..
meratap seakan berteriak mengelukan amarah terpendam dalam isyarat jiwa,...
haruskah aku mengaumkan genderang perang bagi para pemegang pedang,..
atau aku hanya harus takluk pada suatu kata bijak yang hasilnya terasa terinjak,...
entahlah,
aku tak pernah tau,...
wahai jingga padang sapana,..
lihatlah merah jiwa ini yang kaku akan sebuah pilu,..
seakan jiwa terkerangkeng oleh matinya kata yang habis terjamur oleh benci yang kian menjamur,...
semoga para pemegang pedang sadar bahwa rasa tak pernah mau tau kenapa hanya lipatan raga yang mampu merasa tiap kata dan laku yang tak berpuasa,...
walau hadirnya belenggu jiwa hanya menopang tiap kata perabah nada,...
semoga nada harfa mengingatkan ku akan sebuah isyarat jiwa yang memerlukan perintah pelepuhan raga,...
agar bara yang terbantai bisa menjadikan hati yang bijak walau itu hanya sekedar terandai,....
renungkanlah wahai pencari kata tanpa bahasa,..
sesungguhnya jiwa yang tenang yang tau mana aksara tanpa kata,...