PUISI PEMBACA
ketika kueja alfabet puisi
kusandingkan diri di antara jemari penulis
lantas bersandar pada kacamata pembaca
terangkat dan terungkap makna yang berlainan
ada yang membaca dengan senyum ranum
ada yang membaca dengan mengerutkan dahi
ada yang tak ingin membaca, malas dan mulas
ada yang bertanya-tanya di jejak pelarian penulis
ada-ada saja ekspresi dalam mengapresiasi puisi
lantas?
tak harus terhenti dan mengecilkan diri
di sini hanya ada penulis dan pembaca
yang menyemat dan melumat kata-kata
biarlah bait-bait ranum dan memetik diri
cukupkah?
mintalah lilin jika kau diterkam gelapnya
jangan meminta api dari percikan hatimu
sebab dusta dalam dada melumat segala
tundukkan makna dalam debar paling sabar
bukan merayapi aksara mengusung angkara
CILEGON-BANTEN
04-12-11