Thursday 27 October 2011

Berlindung diantara lusuhnya dinding-dinding yg menjulang,

Berlindung diantara lusuhnya dinding-dinding yg menjulang,
terhalang pandanganku dari tatapan sang surya,
hanya sepoi sang bayu yg sesekali menyapa ramah penuh kesejukan,
nyanyian para ilalang turut semarakkan rasa dijiwa yg kalut,
lusuh nurani tiada bentuk remuk tercabik kegersangan,

ku lanjutkan perjalanan melewati batas senja yg kian buram,
lalui tepian danau yg sepi tak berpenghuni,
sekilas terlihat dikejauhan gubuk-gubuk usang dengan lampu-lampu tuanya yg bersinar redup,
menyambut sang malam yg gagah perkasa,
menyapa dengan pekatnya bersama ribuan bintang yg menjadi penghias bisu.

aku tertunduk lesu tanpa rona diujung gelisah,
duduk merenung menatap daun-daun yg menari dengan gemulai,
seakan ingin menghiburku dalam kesunyian rasa yg kian hampa,
tanpa mampu mengucap kata,
hanya kelopak yg senantiasa berkedip
hanya sekedar memberi isyarat pada langit malam yg kian kelam berselimut awan.