Wednesday 1 February 2012

Trumbu-trumbu Cinta

Sekelebat bayang wajah diantara ranting cemara
siapapun dia
...
aku di sehampar pasir
tak bisa dekat
menulis namamu berkali-kali
dihapus ombak
ditelan tanya
diamuk badai
dicumbu gelisah
dinda, seuntai senyummu menghias pagi
embun kau biarkan menyentuhmu
buatku cemburu
buatku berlalu
buatku menepis cinta yang berliku
buatku lelah dalam menunggu
dinda, gemuruh debar dadaku
membongkar album lama kita
rindu yang menetes diujung daun cemara
eksodus ke pulau-pulau karang
kau semai cinta pada trumbu
dan ikan-ikan berbagi denganmu; mengadu nasib
menari di jemarimu
mengecup keningmu
melingkarkan peluk dipundakmu
meraih rambut hitammu

Betapa hatiku; hanya tersenyum
yang menunggu
rindu dengan kesetiaan
rindu pada kapal-kapal yang kau layarkan
rindu kehangatan cinta kita yang sama
melebihi cintamu padaku; cintamu pada tanah air
cinta kita memberi ruang tunggu pada laut
karang, trumbu, nener ikan dan penyu
Agar seperti angan-angan kita
jadi taman laut dengan ekosistem yang asri
Dengan pulau terluar yang terjaga

Kalau bukan kita, siapa lagi
Telah lepas satu demi satu
Karena kita tidak punya banyak waktu
Bukan sekedar cinta
Tidak mengapa kita berbagi cinta pada sebuah harapan
Cinta sesungguhnya hanya kerja yang nyata
Bukan mengumbar kata-kata
Bukan merentang tali sepanjang batas
Bukan mengukur secara topologi
Betapa rindu dan cinta kita telah terpatri
sebesar nama Arung Palaka dan Patih Gajahmada; Jalesveva Jayamahe

Batulicin, 02 Februari 2012
Perahu, Rumahku 15
Jam 08.17