Saturday 16 February 2013

di rimba mana kita


di rimba mana kita

kujamah ujung-ujung juntai akar mencapai hati
dari tetesnya kehidupan manis, pahit dan getir
selagi angin melingkar, bahkan mengayun-ayun
... aku tetap di bawah rindang pohon besar menaungi
merekam kicau burung kian di ambang kepunahan

ketika keramahan dari adat istiadat mengerucut
bertemu dalam kemampatan udara merdeka
bukan hanya awan berlari, rerumputan tiada kata
pada bulat kata suara yang berbagi ketuk pintu
yang membuka adalah : TUAN BERMODAL BESAR

ketika kaki di jalan-jalan desa menghitam-mulus
kotak-kotak raksasa dan gerobak besi hilir mudik
kita hanya menjadi kibasan roda-roda besarnya
yang terhuyung-huyung menghindar gundah
kita dikenalkan pada : PENGUASA BERKANTONG TEBAL

dan sekarang buatkan aku kalimat keprihatinan
dari pundi-pundi kemiskinan dan kesenjangan
jika derap langkah mereka masih rapi selaras
berbarislah ke desa-desa membawa kabar
agar berhenti menjadi : OMONG BESAR

penguasa harus rubah pikiran, haluan dan perkataan
berayunlah dibawah rindang pohon yang sama
sama menaungi
sama menikmati
sama, jangan ada perbedaan

Batulicin, 16 Februari 2013
Puisi Hati Bumi 11
Jam 23.49 WIT