malam kian menjejak di setiap tebing
kala gontai kakinya merambah belukar
menyusur setiap jerit tangisnya
yang menakar pada kelamnya langit malam
hai tebing-tebing waktu
inilah kakiku yang terantai seribu warna
kala hamparan semesta menjuntai haru
merasuk sukma-sukma galauku di palung jiwa
hai lembah-lembah bisu
tak lelahku menyangganya di altar jiwa
sekira kau dapat tembangkan alunan rinduku
pada tenda yang bertahta di selasar jiwa
laylaku ...
kurapal segala aksara dalam namamu
pada setiap detak-detak nadimu
yang meronta dalam setiap kobaran jiwa
membakar segala cinta di palung nirwana
tegakkan ku laylaku
pada setiap hamparan doamu
yang membumbung bak tarian api
pada setiap rinai air matamu
yang mengalir bak sungai eufrat
inilah aku tebing-tebing waktu
sang perindu dalam maqam kematianku
bernista dalam segala corak cinta
menabur segala duli pada rasa tak bertepi
inilah aku lembah sunyi
yang menyimpan duka cinta lara
mencumbu waktu pada setiap dinding goa
merindu dan bercerita pada dinding-dinding bisu
inilah aku laylaku
yang terjerembab pada duli sang puan
menaruh harap pada kisah-kisah sang perindu
meratap dalam untai-untai rindu tak terperi
lembah bulusaraung
121111 : 10.52 WITA