Saturday 12 November 2011

KETIKA AKSARAKU HANYA DIAM

malam kian melantunkan bait dinginnya waktu
kala sesosok tubuh bermahkota langit diam dia altar batu
menerawang diam didinginnya hembusan sang bayu
bermandikan debu-debu lalu yang mengisah di setiap kelu

pun kala lolongan srigala pecah sunyi malam
tak gerak di altar nadi yang bergerak
larungkan seribu noktah dalam bias rasa yang mengelam
dan hamparkan seribu aksara di hitamnya semesta

layla ...

adaku melebur dalam setiap sukmamu
dalam seribu goyah nadiku berdetak atas namamu
dan ketika diamku meraja di singgasana malam
temukanlah ia di setiap sisi lembah-lembah kelam

dengarlah ...

pada lolongan srigala malam yang memelas
kutitipkan namaku di antara deritanya
agar tetap bertahta di setiap detak nafasmu
kala seribu resah menghantar bait-bait malammu

lihatlah ...

payung rembulan yang merona malam
mengukirkan namamu atas pinta yang tak berkesudahan
pada setiap warna yang menyemat di indah matamu
tatkala larik-larikmu mengubah malam menjadi syahdu

katakanlah laylaku ...

setiap desah rindumu pada hempasan ombak laut malaka
agar kesah itu melarung hingga ke anak-anak sungai
pada sang bayu yang menyisir tanah-tanah legenda
agar tertiup pula sampai ke lembah sunyi ini

di sini
aku dan kerinduanku
diam tak bergeming
menoktah di setiap kisah
malam kian melantunkan bait dinginnya waktu
kala sesosok tubuh bermahkota langit diam dia altar batu
menerawang diam didinginnya hembusan sang bayu
bermandikan debu-debu lalu yang mengisah di setiap kelu

pun kala lolongan srigala pecah sunyi malam
tak gerak di altar nadi yang bergerak
larungkan seribu noktah dalam bias rasa yang mengelam
dan hamparkan seribu aksara di hitamnya semesta

layla ...

adaku melebur dalam setiap sukmamu
dalam seribu goyah nadiku berdetak atas namamu
dan ketika diamku meraja di singgasana malam
temukanlah ia di setiap sisi lembah-lembah kelam

dengarlah ...

pada lolongan srigala malam yang memelas
kutitipkan namaku di antara deritanya
agar tetap bertahta di setiap detak nafasmu
kala seribu resah menghantar bait-bait malammu

lihatlah ...

payung rembulan yang merona malam
mengukirkan namamu atas pinta yang tak berkesudahan
pada setiap warna yang menyemat di indah matamu
tatkala larik-larikmu mengubah malam menjadi syahdu

katakanlah laylaku ...

setiap desah rindumu pada hempasan ombak laut malaka
agar kesah itu melarung hingga ke anak-anak sungai
pada sang bayu yang menyisir tanah-tanah legenda
agar tertiup pula sampai ke lembah sunyi ini

di sini
aku dan kerinduanku
diam tak bergeming
menoktah di setiap kisah
.
Lembah bulusaraung
111111 : 22.37

.